Persoalan SPAM di Batam, mencuat tajam akhir-akhir ini. Bahkan, sejumlah warga di Kecamatan Nongsa, mereka terpaksa mengambil air dari kubangan untuk kebutuhan sehari-hari sebab air tak mengalir sejak Sabtu (21/1).
Pantauan BatamNow.com yang turun ke lokasi, Minggu (22/1), kubangan itu adalah bekas galian yang menampung air hujan, terletak di tepi Jalan Hang Tuah dari arah bandara menuju simpang Batu Besar di Nongsa.
Ada 3 kubangan berisi air di areal tanah bauksit itu. Warga hilir mudik mengendarai sepeda motor maupun mobil membawa galon, jeriken atau wadah kosong lainnya.
“Terpaksa, sudah dua hari air mati. Ini dipakai buat mandi, cuci piring, kebutuhan sehari-hari. Kalau untuk minum nggak berani, pakai air galon isi ulang,” kata Maemunnah, warga Perumahan Permata Bandara ke BatamNow.com, Minggu sore.
Ketidakbecusan pengelolaan SPAM di Batam mengundang reaksi keras dari warga, ditambah lagi keinginan Rudi menaikkan tarif air minum. Warga begitu marah dan menduga ada sesuatu di balik keinginan Rudi menaikkan tarif air minum. Apalagi, ada rencana Rudi maju sebagai Calon Gubernur Kepri pada Pilkada 2024 nanti dan istrinya Marlin Agustina kabarnya mau maju sebagai Anggota DPR RI atau Wali Kota Batam. Diduga, upaya menaikan tarif air minum ada kaitannya dengan kumpul-kumpul cuan.
Merujuk pada PP 125/2015, BP Batam diduga telah melanggar hak asasi manusia akan pemenuhan kebutuhan dasar manusia yakni, air bersih dan atau air minum.
Gangguan suplai air menjadi salah satu contoh ketidakberesan BP Batam mengelola SPAM. Di wilayah lain, warga harus menunggu jam 01.00 WIB – 04.00 WIB, dini hari, untuk mendapat air minum. Setelah itu, mati total. Kabarnya, itu berlangsung sejak 2017 silam. Setiap harinya, sementara para petinggi BP Batam maupun mitranya PT Air Batam Hilit tidur nyenyak sembari bermimpi indah, sebagian warga Batam harus menunggu air mengalir. (RN)