NewsNow.id, Jakarta – Gubernur Papua nonaktif Lukas Enembe tetap bersikeras untuk berobat ke Singapura. Dia enggan ditangani dokter di Indonesia. Keyakinannya, kalau dokter di Singapura yang menangani pasti tertolong.
Hal tersebut dikatakan adik Lukas Enembe, Elius Enembe, dalam jumpa persnya di Jakarta, Selasa (21/02/2023). “Selama ini kan bapak sakitnya macam-macam dan kronis, antara lain ginjal, jantung, diabetes, dan juga stroke sampai empat kali. Yang biasa menangani itu selama ini di Singapura. Maka keyakinan bapak di Singapura itu pasti bisa tertolong,” kata Elius.
Dikatakannya, selama di tahanan KPK, kondisi kesehatan Lukas semakin memburuk. Kalau sebelumnya hanya kakinya saja yang bengkak, saat ini bagian tangan juga ikut bengkak. Dia menyayangkan narasi berulang yang disampaikan KPK bahwa kondisi Lukas sehat.
“Kami sampaikan sekali lagi bahwa saat beliau diambil KPK di Jayapura pada 10 Januari 2023 lalu, beliau sedang dalam keadaan sakit terkait ginjal, gula, jantung, sudah empat kali stroke, susah berjalan, susah bicara dan tengah dalam kondisi meminum obat dan makanan yang dikontrol sangat ketat baik oleh keluarga dan dokter pribadi beliau,” bebernya.
Padahal, diinformasikan sebelumnya bahwa KPK meringkus Lukas di rumah makan di Kota Jayapura, Papua, saat akan berangkat ke Mamit Tolikara.
Lanjut Elius, KPK juga tahu bagaimana kondisi Pak Lukas harus berjalan dengan menggunakan kursi roda. Bukan hanya itu, saat ini beliau mengonsumsi obat tidak kurang dari 9 atau 10 jenis obat. “KPK juga tahu ketika dilakukan pemeriksaan, Pa Lukas bolak-balik ke kamar mandi sekurang-kurangnya 5-6 kali,” terangnya.
Elius menambahkan, dokter di RSPAD juga telah menginformasikan bahwa Lukas menderita gagal ginjal kronis dari stadium empat menuju stadium lima dan ditawarkan untuk cuci darah. Dampak dari sakit ini menyebabkan kaki bengkak, kencing terus menerus sehingga harus menggunakan pampers dan sering mengeluarkan air liur.
“Artinya, dengan fakta-fakta ini memang betul bahwa Pa Lukas dalam keadaan sakit. Terus terang kami dari pihak keluarga sangat menyayangkan opini yang dibangun bahwa Pak Lukas itu sehat. Apakah KPK jujur, termasuk para dokter yang memberikan rekomendasi tersebut?” tanya Elius.
Ditanya soal permintaan keluarga Likas Enembe ini, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johanis Tanak menegaskan, rumah sakit di Indonesia sebetulnya mampu menangani masalah kesehatan Lukas Enembe, tidak harus berobat ke luar negeri.
“Berobat di sana (Singapura) dengan di sini sama saja. Kecuali di sini tidak ada rumah sakit atau dokternya tidak mampu, pasti dirujuk ke sana. Di sini bedah jantung juga ada, tidak perlu harus ke Amerika atau ke negara-negara mana. Di sini ada, tidak tahu kenapa harus ke sana,” tukas Johanis, di Gedung KPK, Jakarta, hari ini.
Dijelaskan, dokter KPK terus melakukan pemantauan kesehatan terhadap Lukas Enembe. “Pemantauan kesehatan tetap dilakukan oleh KPK sendiri, ada dokternya. Jadwal minum obatnya pun diatur, dilaksanakan terus sesuai dengan resep yang diberikan. Itu obatnya diberikan, dihadiri oleh perawat dan dokter. Dikhawatirkan kalau nanti dia tidak minum, maka dikasih minum, dilihat. Nanti kalau ada perkembangan-perkembangan yang memang diperlukkan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit, akan dirujuk ke rumah sakit,” urainya.
Johanis memastikan bahwa KPK menghormati hak asasi manusia (HAM), terutama hak asasi para tersangka. “Ketika mereka memang menurut dokter harus dirujuk ke luar negeri, pasti dirujuk. Ini bagaimana dokter. Kita kan bukan ahli kesehatan, kita ahli hukum,” tukasnya. (RN)