NewsNow.id, Batam – Rumah Sakit (RS) BP Batam, kini “emergency” mesin cuci darah atau hemodialisa.
“Banyak pasien yang antre,” kata sumber terpercaya di kantor BP Batam di Batam Center dalam satu penelusuran, sebagaimana dilansir BatamNow.com.
Dan disebut, tak sedikit yang terpaksa dirujuk ke RS lain karena daftar antrean yang panjang.
Data diperoleh media ini lebih kurang 14 sampai dengan 16 persen dari kunjungan rawat jalan pasien BPJS yang cuci darah di RSBP Batam.
RSBP ternyata hanya memiliki 10 unit mesin sarana cuci darah.
BP Batam sudah mengupayakan menambah pengadaan 32 unit sarana hemodialisa.
Tapi proses pengadaannya dikabarkan dihentikan meski sudah ada tiga perusahaan calon mitra yang sempat lolos prakualifikasi pada 1 Desember 2023.
Alasan BP Batam menghentikan pengadaan alat cuci darah itu disebut terbentur pada proses akan masuknya PT Karunia Praja Pesona (KPP), grup Mayapada Healthcare, menjadi pengelola baru RSBP Batam, meski perjanjian kerja sama pengembangan operasional (KSPO) tak kunjung ditandatangani yang seyogianya pada 15 Januari 2025.
Untuk itu Ketua DPP Kepri LI-Tipikor dan Hukum Kinerja Aparatur Negara meminta owner Grup Mayapada Healthcare, Dato’ Sri Tahir dapat memberi perhatian untuk berkontribusi dengan cepat dalam mengatasi penambahan alat cuci darah di RSBP itu.
“Apakah nanti Mayapada lewat anak perusahaannya akan menjadi pengelola RSBP lewat satu kerja sama pengembangan operasional, atau tidak, kesampingkan dulu, tapi yang kondisi emergency alat cuci darah di RSBP Batam, diutamakan dulu,” kata Panahatan.
Diberitakan, terjadi peningkatan penderita hemodialisa atau orang yang harus cuci darah yang datang ke RSBP Batam dengan fasilitas BPJS.
Media ini belum dapat data pasti di pusaran kondisi emergency itu karena baik Kabiro Humas BP Batam, Ariastuty sebagai juru bicara atau spokesman gedung “Elang Emas” kantor BP Batam di Batam Center, selalu tertutup ke media ini.
Demikian juga para pejabat kesehatan di manajemen RSBP, belum menjawab konfirmasi BatamNow.com.
Tapi sumber terpercaya meyakinkan kondisi dipaparkan tadi. “Udah deh nggak usah kita berdebat soal data, itu fakta, kalau tidak, mengapa BP Batam berencana mengadakan 32 unit mesin cuci darah itu, artinya penambahan itu mencapai 320 persen dari yang existing 10 unit, kan karena sangat mendesak baik kuantitas tingkat penderita meningkat,” katanya.
Jadi, ujar Panahatan, Mayapada mesti ikut memberi tanggung jawab dengan dalam misi kemanusiaan itu.
Jika Mayapada Healthcare sampai tak care, lanjutnya lagi, bisa ditebak kecenderungan ekspansi investasinya ke Batam lebih pada berorientasi bisnis.
Panahatan juga mengajak semua pihak di Batam untuk mempertahankan RSBP yang adalah milik Pemerintah itu lebih mengedepankan fungsi sosialnya menyelamatkan kesehatan masyarakat kecil daripada mengedepankan visi bisnisnya. (*)