Khawatir Sulit Beradaptasi Jika Direlokasi
Ia mengakui umumnya profesi atau kegiatan sehari-hari warga adalah nelayan, sehingga lebih banyak bermukim di pinggir pantai.
Itu juga salah satu kekhawatiran Gerisman, jika sampai kampung dan warga direlokasi.
Kelak, katanya, adaptasi kehidupan sehari-hari mereka akan menemui kendala di tempat baru dengan suasana baru apalagi lapak laut yang baru sebagai titik tangkapan ikan nelayan.
Sudah banyak contoh, ujarnya. Misal, warga dari kampung A direlokasi ke kampung X. Lapak laut tangkapan ikan masing-masing nelayan sudah punya area sendiri -sendiri sejak dulu lalu warga pendatang baru akan kesulitan mencari ikan di laut.
“Kami kan melautnya tak jauh-jauh seperti nelayan di pulau lain di Indonesia , jadi kalau direlokasi akan menyulitkan kehidupan warga,” kata Rizal.
Soal yang dikemukakan Gerisman dan Rizal hanya salah satu contoh kecil saja. “Belum lagi soal sejarah panjang hubungan sosial kekerabatan sesama mereka di 16 kampung yang menyatu dengan alam di sana,” kata Gerisman.
Bagaimanapun banyak konsekuensi dalam kehidupan mereka, jika kelak terjadi relokasi warga, maka mereka menolak jika rencana itu ada.
Untuk mengantisipasi kemungkinan buruk, menurut Gerisman dan Rizal, masyarakat bersama para tokoh masyarakat di Pulau Rempang akan mengadakan pertemuan dalam waktu dekat sempena halalbihalal. Tujuannya untuk menyamakan visi dan menentukan sikap mereka untuk tidak direlokasi.
Bahkan menurut Rizal, pasca pertemuan nanti, sejumlah masyarakat Pulau Rempang akan berupaya menemui Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri ATR/BPN Hadi Tjahjanto dan kemungkinan menteri terkait lainnya menyampaikan aspirasi mereka.
Sebagaimana ramai diberitakan, peluncuran program Pulau Rempang sebagai pengembahan perekonomian baru di Batam digelar di Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (12/04).
PT MEG kembali ke Rempang setelah 16 tahun sempat tertunda.
Peluncuran program itu sekaligus penyerahan SK HPL kawasan Rempang oleh Wakil Menteri ATR/BPN Raja Juli Antoni kepada Kepala BP Batam Muhammad Rudi, disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto.
Menurut Rudi, BP Batam bakal menjadikan Pulau Rempang sebagai The New Engine of Indonesian’s Economic Growth dengan konsep “Green and Sustainable City”. Katanya, target investasi di pulau itu mencapai Rp 381 triliun dan akan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 306 ribu orang. (*)