NewsNow.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak dapat menutupi rasa kesedihannya setelah mengetahui banyak segelintir orang kaya dan mampu yang memilih berobat ke luar negeri ketimbang di dalam negeri.
Bepergian ke luar negeri, apalagi plesiran memang menjadi hak semua orang. Namun tak disangka, hal tersebut justru membuat Jokowi sedikit gusar, lantaran devisa yang keluar dari negara jumlahnya tak sedikit.
“Saya tuh paling sedih kalau mendengar ada warga negara kita yang sakit kemudian perginya ke luar negeri,” kata Jokowi, seperti dikutip pada Rabu (2/11/2022).
Jokowi lantas merinci negara-negara yang kerap didatangi orang kaya berobat ke luar negeri. Mulai dari Amerika Serikat (AS), Singapura, Jepang, bahkan negara tetangga yang jaraknya begitu dekat dari Indonesia seperti Malaysia.
“Berapa capital outflow kita, uang yang keluar untuk membiayai yang sakit dan keluar negeri? Lebih dari Rp110 triliun setiap tahunnya,” tukas Jokowi.
Kesedihan Jokowi bukanlah tanpa alasan. Menurutnya, fasilitas kesehatan di dalam negeri sejatinya sudah cukup mumpuni, dan tak kalah dibandingkan fasilitas kesehatan yang ada di luar negeri.
Harus diakui, Isu maraknya pasien yang berobat ke luar negeri sudah muncul sejak bertahun-tahun lalu. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan nilai uang yang keluar lebih besar lagi, total pengeluaran pasien RI mencapai Rp161 triliun/tahun (US$11,5 miliar/tahun) .
Hingga 80% kunjungan pasien yang bertolak ke luar negeri tujuannya adalah ke Malaysia. Jumlah pasien yang pergi ke luar negeri pun tidak sedikit, mencapai 1 juta orang per tahun.
Gambarannya, di tahun 2006 terdapat 350 ribu orang pasien, tahun 2015 melonjak menjadi 600 ribu pasien, kini mencapai 1 juta. Artinya, jumlah orang Indonesia yang berobat ke luar negeri mengalami peningkatan sekitar 200% selama 50 tahun terakhir.
Rumah sakit di dalam negeri pun mulai bergerak dengan menawarkan fasilitas yang bisa menangani pasien.
Memang tidak mudah karena harus mengeluarkan biaya yang juga tidak sedikit. Seperti salah satu rumah sakit di Bintaro yang mendatangkan alat kesehatan dengan biaya mencapai Rp69 miliar, alkes ini pun menjadi salah satu termahal yang ada di RI.
“Saya ngotot untuk mendatangkan alat ini supaya orang tidak perlu lagi ke luar negeri, Eropa atau Amerika karena di Indonesia sudah ada. Bahkan ini pertama di Asia Tenggara, di Penang sama Singapura aja belum ada. Jadi mendukung program pemerintah,” kata Direktur Utama Rumah Sakit Premier Bintaro dr. Martha ML Siahaan. (*)
sumber: CNBC Indonesia