NewsNow.id, Jakarta – Rekor dunia dicatatkan Universitas Kristen Indonesia (UKI) melalui Orasi Ilmiah 70 pakar dari berbagai disiplin ilmu selama hampir 30 jam nonstop. Acara tersebut merupakan rangkaian dari Dies Natalis ke-70 dan Lustrum ke-14 UKI, yang diadakan di Auditorium Graha William Soeryadjaya, UKI Cawang, Jakarta, Rabu-Kamis (2-3/8/2023).
Ini menambah deret panjang prestasi salah satu kampus swasta tertua di Indonesia tersebut. Sebelumnya, pada 22 Juni 2022, UKI meraih Akreditasi Unggul dari BAN-PT.
Penghargaan dsri Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) diserahkan langsung oleh Senior Customer Relation Manager MURI Andre Purwandono, mewakili founder MURI Jaya Suprana, pada penutupan orasi ilmiah, di Kampus UKI, Kamis (3/8/2023).
Secara marathon, sekitar 11 profesor dan 59 doktor memaparkan sejumlah materi orasi, antara lain, deradikalisme, isu-isu keberagaman, toleransi, hukum, ekonomi, pendidikan, dan lainnya.
“Kita patut berbangga dengan torehan prestasi UKI ini yang diadakan tepat di bulan Kemerdekaan Indonesia. Ini juga menjadi bentuk kontribusi nyata UKI terhadap bangsa dan negara,” kata Dhaniswara, saat jumpa pers, usai acara.
Rektor UKI menambahkan, nantinya seluruh materi orasi akan disusun dalam bentuk proceeding. “Kita berharap kajian-kajian ilmiah ini bisa mendorong kepastian hukum untuk menyambut Indonesia Emas 2045,” terang Dhaniswara.
Menurutnya, diperlukan komitmen dan kerja keras dari seluruh komponen bangsa ini untuk menerapkan metode omnibus law yang dapat menghilangkan ketidakpastian hukum akibat tumpang tindihnya peraturan perundang-undangan, agar mimpi bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 dapat tercapai.
Dia mengaku bangga dan terharu bisa menjalani rangkaian orasi ilmiah ini secara nonstop selama hampir 30 jam. “Dukungan dari semua pihak sangat berarti sekali untuk membuat rekor dunia ini bisa terwujud,” tambahnya.
Dhaniswara yang juga Wakil Ketua Umum Bidang Hukum dan HAM KADIN Indonesia ini mengatakan, sejak awal didirikan, 70 tahun silam, UKI terus berkontribusi secara keilmuan kepada bangsa dan negara. “Kami mendukung visi Indonesia Emas 2045. Untuk itu, orasi ilmiah ini merupakan salah satu bentuk nyata terhadap visi besar Indonesia,” serunya.
Sementara itu, Andre Purwandono menjelaskan, orasi ilmiah yang dilakukan UKI sangat layak mendapat rekor dunia karena sifatnya supralatif, di mana belum pernah dilakukan oleh lembaga pendidikan di seluruh dunia. “Ini merupakan sebuah terobosan penting yang membanggakan dan dilakukan oleh lembaga pendidikan ternama, seperti UKI ini. Selamat untuk UKI. Ini sebuah terobosan dan bisa menjadi contoh bagi lembaga-lembaga pendidikan lainnya,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dies Natalis UKI ke-70, Dr. Verdinand Robertua Siahaan menjelaskan, oleh UKI, Indonesia Emas 2045 ini diterjemahkan ke dalam berbagai disiplin ilmu yang memberikan orasi ilmiah dihadapan civitas akademika UKI dan pihak MURI. Ada 70 orator, terdiri dari 11 profesor dan 59 doktor yang datang dari berbagai disiplin ilmu. Saat ini, UKI memiliki 8 fakultas dan satu program pasca sarjana. “Indonesia Emas 2045 dapat diterjemahkan ke dalam dimensi sosial budaya ekonomi dan politik, pertahanan dan keamanan,” ujar Verdinand. (RN)