NewsNow.id, Jakarta – Merosotnya Indeks Kepercayaan Industri (IKI), hingga ke level 50,70 pada Oktober 2023 ini membuat para pengusaha ketar-ketir. Penurunan IKI sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir, namun di Oktober 2023 mencapai titik terendah dibanding sebelumnya.
“Terjadi penurunan IKI pada Oktober 2023 ini sebesar 1,81 persen, dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, dalam keterangan persnya, di Jakarta, Selasa (31/10/2023) kemarin.
Kendati mengalami perlambatan, kata Febri, IKI Oktober 2023 masih berada dalam fase ekspansi. Adapun, share subsektor IKI yang mengalami ekspansi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II/2023 sebesar 78%. Variabel pesanan baru dan produksi mengalami ekspansi sebesar 51,72 dan 50,83. Sedangkan, variabel persediaan produk masih kontraksi menjadi sebesar 47,95 pada Oktober dari 47,40 pada September 2023.
Menanggapi kondisi demikian, Ketua Umum KADIN DKI Jakarta, Diana Dewi, mengaku, para pengusaha mengkhawatirkan kondisi ini. “Pasti para pengusaha akan khawatir,” ungkap Diana kepada NewsNow.id, di Jakarta, Rabu (1/11/2023).
Diana mengatakan, fluktuasi IKI disebabkan oleh banyak faktor, baik dalam maupun luar negeri. “Melemahnya IKI ini bisa dikarenakan saat ini kita sudah masuk tahapan-tahapan Pemilu 2024. Pada proses ini, ada kecenderungan para pengusaha menahan diri dan memilih bersikap wait and see. Demikian juga terjadi penurunan daya beli masyarakat yang lebih diakibatkan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok. Ini juga diakibatkan ketersediaan stok dalam negeri menipis,” jelas Bendahara Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) DKI Jakarta ini.
Dia menilai, melemahnya rupiah juga menjadi faktor pemicu lainnya, disamping kondisi global yang belum stabil.
Tetap Optimis
Dikatakannya, sebagai pengusaha tentu tetap optimis kondisi ini akan membaik. Namun, optimisme itu harus dibarengi dengan ketegasan dan langkah-langkah konkrit dari pemerintah, baik dalam menyiapkan kecukupan stok kebutuhan dalam negeri maupun melakukan intervensi pasar yang berdampak pada terkereknya nilai tukar rupiah. Juga memangkas aturan-aturan yang sekiranya berpotensi melemahkan gerak laju pengusaha.
“Pemerintah harus bergerak cepat dan tepat sasaran umtuk menyelamatkan ketidakstabilan ini. Sebab, bila terus dibiarkan akan berdampak meningginya inflasi,” serunya.
Hal lain yang tak kalah penting, masih kata Diana, adalah bagaimana pemerintah memberikan jaminan keamanan berusaha di tengah hiruk pikuk pesta demokrasi. Jadi, secara politik pesta demokrasi bisa berjalan aman, tanpa berdampak besar pada sektor ekonomi dan bisnis.
Kepada para pengusaha, Diana mendorong efisiensi produksi serta upaya-upaya riil untuk menggunakan produk-produk lokal sebagai bahan baku produksinya. ‘Bila perlu melakukan penjadwalan kembali impor bahan baku atau barang jadi. Paling tidak sampai kondisi stabil secara umum. Dalam kondisi seperti ini, pengusaha kembali diminta untuk lebih kreatif dan inovatif sehingga lini bisnisnya tetap berjalan,” tukasnya. (RN)